Ketegangan Thailand Kamboja Memanas Situasi di Perbatasan

akamsphonelink-qrc- Dalam beberapa minggu terakhir, hubungan antara Thailand dan Kamboja kembali menjadi sorotan setelah muncul peningkatan ketegangan di wilayah perbatasan. Meski belum ada pernyataan resmi mengenai “perang”, situasi di lapangan menunjukkan adanya gesekan yang memicu kekhawatiran masyarakat di kedua negara.
1. Latar Belakang Ketegangan Thailand–Kamboja
Konflik di perbatasan Thailand dan Kamboja sebenarnya bukan hal baru. Inti masalahnya berakar pada sengketa wilayah sekitar Kuil Preah Vihear, situs bersejarah yang terletak di perbatasan kedua negara.
Pada tahun 1962, Mahkamah Internasional (ICJ) memutuskan bahwa kuil tersebut berada di wilayah Kamboja. Namun, area di sekelilingnya tetap menjadi sengketa, sehingga gesekan antar militer pernah terjadi beberapa kali, termasuk insiden baku tembak tahun 2008–2011.

2. Pemicu Ketegangan Terbaru
Ketegangan kembali meningkat setelah laporan mengenai:
• Penempatan pasukan tambahan
Beberapa sumber lokal menyebutkan adanya peningkatan pergerakan militer di kedua sisi perbatasan.
• Perselisihan soal batas wilayah
Beberapa titik penanda batas dianggap bergeser atau tidak akurat, menimbulkan perdebatan antara tim patroli kedua negara.
• Ketidaksepakatan perjanjian lama
Thailand menyatakan masih ada dua poin dalam perjanjian yang sulit diselesaikan, meski Kamboja sudah mulai menarik sebagian peralatan berat dari area konflik.
3. Upaya Diplomasi: Perjanjian Perdamaian di Kuala Lumpur

Pada 26 Oktober, perwakilan Thailand dan Kamboja bertemu di Kuala Lumpur, Malaysia, dan menandatangani perjanjian perdamaian untuk meredakan ketegangan di perbatasan.
Poin penting perjanjian tersebut:
1. Penarikan senjata berat dari area Preah Vihear
Kamboja telah mulai menarik sebagian alutsista berat dari lokasi sengketa. Langkah ini telah di konfirmasi oleh tim pengamat ASEAN.
2. Pembentukan tim bersama untuk verifikasi batas
Kedua negara sepakat mempercepat pemeriksaan ulang tanda batas dan peta resmi.
3. Komitmen tidak melakukan agresi
Kedua pihak berjanji menjaga stabilitas dan menghindari tindakan militer yang memprovokasi.
4. Komunikasi militer langsung
Dibuat jalur komunikasi darurat antar komandan perbatasan untuk mencegah salah paham.